RSS

Merry Christmas . Replace this text with your christmas wishes for your visitors .

NU Siap Hadapi Globalisasi

TEMPO Interaktif, Makassar - Kiai Haji Ahmad Sahal Mahfud, Rois Am Nahdlatul Ulama yang baru terpilih menyatakan organisasi massa Islam terbesar ini siap menghadapi globalisasi. Dia berkomitmen membawa NU menjadi sebuah organisasi Islam yang lebih mengutamakan pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat.


“NU saat ini berhadapan dengan globalisasi, ini sangat berat buat kami. Jadi untuk menghadapi globalisasi harus ada keseimbangan dalam menjalankan Bahtsul Masail Diniyah Waqiyah dengan kemajuan-kemajuan diera globalisasi ini,” katanya dalam penutupan muktamar Nu ke-32 di Makassar.

Selain itu, dia menambahkan, NU dulu sangat berbeda dengan NU sekarang. Pasalnya NU dulu masih konservatif dan tidak dihadapkan dengan kemajuan dunia modern. “Walaupun berat, saya sebagai rois am yang sudah dipilih oleh para muktamirin, harus siap menjalankan NU menjadi lebih baik dalam lima tahun mendatang,” ujarnya.

Senada dengan itu, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu’mang meminta Ketua rois am maupun Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bisa membawa warga NU menjauhi politik praktis. “Sulawesi Selatan siap apabila NU mengadakan kegiatan-kegiatan akbar seperti ini,” ujar mantan Ketua Dewan Propinsi itu.

Sebelumnya kemenangan Said Aqil sebagai ketua umum PBNU ditanggapi beragam. Pengamat Politik Universitas Indonesia Arbi Sanit mengatakan, kemenangan Said Aqil akan membawa organisasi massa ini ke arah Islam yang lebih konservatif.

Said dinilai sebagai intelektual muslim yang selalu berkiblat ke Mesir. Arbi juga khawatir Said akan membawa kebijakan NU ke arah pemurnian Islam. "Sehingga basis tradisi NU yang berdasar pada Islam moderat bisa jadi akan diabaikan," katanya.

Kiai yang lahir di Cirebon, pada 3 Juli 1953 ini tercatat telah 15 tahun berkiprah dalam kepengurusan NU. Pada periode 2004-2009, dia menjadi salah satu ketua PBNU.

Senada dengan itu, pengamat yang juga aktivis perempuan Lies Marcoes mengatakan saat ini NU dikuasai oleh kelompok konservatif. "Tradisi NU yang selama ini lebih mengedepankan persaudaraan sudah tidak menonjol lagi," katanya di arena muktamar.

SAHRUL

Pengamat: Sudah Cukup NU Bermain Politik Praktis

Pengamat: Sudah Cukup NU Bermain Politik Praktis


TEMPO Interaktif, Makassar - Aktivis perempuan dan juga pengamat NU, Lies Marcoes, melihat muktamar organisasi warga nahdliyin di Makassar tidak ada bedanya dengan pemilihan kepala daerah. Lokasinya yang bernuansa hiruk-pikuk karena bukan di pesantren, juga merebak isu politik uang.

"Tradisi NU yang selama ini lebih mengedepankan persaudaraan dan diskusi keislaman sudah tidak menonjol lagi. Ini akibat dari nasib NU yang dikuasai kelompok konservatif," ujar Lies kepada Tempo di arena Muktamar NU ke-32 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sabtu (27/3).

Ia mencontohkan produk muktamar yang masih diselimuti pemikiran konservatif, yaitu tetap membolehkan pernikahan usia dini. Dalam Komisi Agama (Bahtsul Masail Diniyah, Waqiiyah, dan Qonuniyah, memang menghalal pernikahan dini lantaran tidak ada dalil Al Quran maupun hadis yang melarangnya.

Lies juga mengkritik kepemimpinan KH Hasyim Muzadi selama dua periode memimpin NU, 2000-2010. Ia menganggap selama dasawarsa berkuasa, pengasuh Pondok pesantren Al Hikam Malang itu, lebih menonjolkan tradisi politik praktis.

"Sehingga selama bertahun-tahun NU tidak berkembang atau kepemimpinannya malah dimusuhi oleh kelompok muda NU sepeti Jaringan Islam Liberal, Lembaga Kajian Islam," ungkap Lies. "Sudah cukup NU bermain-main dengan politik praktis."

Agenda muktamar saat ini sudah mulai proses pemilihan ketua rais am (dewan penasihat). Peserta, yang dimulai dari pengurus NU Aceh, sudah menuliskan calonnya ke kertas suara yang diberi stempel panitia. Setelah kertas suara diisi, langsung dimasukkan dalam kotak.

Proses ini diperkirakan memakan waktu lama, sehingga waktu salat dzuhur kemungkinan dijamak, sebagaimana tadi pagi diumumkan oleh panitia. Menurut Yusuf Karim, pengurus cabang NU Jawa Barat, waktu salat dzuhur yang hendak digabung dengan ashar, tergantung kepada kiai sepuh yang ada di arena muktamar.

"Biarpun, panitia mengatakan salat dijamak, kalau putusan kiai salat wajib diutamakan, maka prosesi pemilihan kami minta diskors dulu," kata Yusuf.

Pimpinan sidang pemilihan ini Ketua Wilayah NU Sulawesi Selasan, Zaen Irwanto. Sebelum memulai, ia menjelaskan mekanisme pemilihan rais am, yang dilakukan dua tahap. Pertama, penetapan calon dan kedua pemilihan calon.

Jumlah pemilih yang menuliskan nama calon rais am sebanyak 503 berdasarkan registrasi panitia. Mereka merupakan pengurus NU dari cabang, wilayah, dan cabang istimewa atau luar negeri.

Nama calon rais am yang beredar meliputi KH Hasyim Muzadi, KH Sahal Mahfudz, dan KH Maemun Zubeir. Ketika nama kiai ini tidak disebutkan saat pemilihan dimulai. Pemilih diberikan kebebasan menuliskan nama calon.

SAHRUL

Mesjid Katangka Tertua Di Sulsel


Mesjid Katangka Tertua Di Sulsel

Gowa-- Pemerintah propinsi sulawesi selatan dan pemerintah kabupaten gowa pada tahun 2009 menjanjikan untuk merenovasi mesjid, halaman dan membuat pintu gerbang. Namun sampai sekarang janji tersebut tinggalah janji, menanti kapan mesjid tertua dan bersejarah ini tetap utuh dan terpelihara.

Pengurus Mesjid tua itu H. Faisal Siradjuddin yang juga imam mesjid, mengatakan Ada sebagian dinding dan plafon mesjid yang sudah jebol. Sementara pemerintah berencana untuk pembuatan gerbang mesjid hanyalah pemborosan anggaran, yang lebih penting adalah serambi dan perbaikan kantor sekretariat pengurus mesjid Katangka, menurut Faisal

Mesjid Katangka dibangun pada masa kerajaan gowa yang ke 14, Imangngarangngi Dg. Manrabbia, yang bergelar Sultan Alauddin tahun 1603. Berdirinya mesjid ini dikarenakan saat 14 ulama timur tengah datang ke tanah gowa untuk menyebarkan agama islam.

"Ini adalah mesjid tertua dan bersejarah warisan raja gowa yang ke 14 untuk seluruh generasi gowa," kata Faisal

Para ulama tersebut tiba di gowa tepat hari juma't dan langsung melaksanakan shalat juma't di bawa pohon besar yaitu pohon katangka yang berbentuk seperti payung.

Setelah islam diterima oleh raja gowa maka ditunjuklah lokasi untuk mendirikan mesjid dengan menebang pohon katangka. Sementara batang pohon katangka tersebut dijadikan sebagai bahan untuk membangun mesjid. Setelah pembangunan mesjid sudah rampung, raja gowa memberi nama yaitu mesjid katangka.

Mesjid katangka berukuran 12x12 dan ketebalan dindingnya 120 cm. Mesjid ini, selain digunakan sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat perlindungan(benteng) pada zaman penjajah kolonial belanda.

Mesjid ini sudah 6 kali renovasi, pertama direhabilitasi dari kayu menjadi tembok pada tahun 1816, dimasa pemerintahan raja gowa ke 30,dan terakhir 2007 dengan tidak merubah bentuk dan keasliannya. Sedangkan arsitekturnya dipengaruhi oleh beberapa budaya seperti bentuk mimbar dipengaruhi oleh budaya cina, tiang adan dinding dipengaruhi oleh eropa dan portugis, bentuk atap dipengaruhi oleh budaya lokal (makassar) dan jawa.

Mesjid katangka terdiri dari 4 tiang penyangga utama, dan bermakna empat sahabat rasul yaitu Abubakar, Alibin Abuthalib, Umar bin khatab dan Usman bin afan.

Terdapat makam raja-raja gowa dan keturunannya, diantaranya makam raja gowa ke 30 Sultan Abdul Rauf, raja gowa ke 32 Sultan Abdul Kadir. Ukuran kuburan raja gowa tersebut berbentuk piramida dengan tinggi kurang lebih 3 meter yang sudah ditumbuhi lumut.
SAHRUL

Bupati Gowa Curhat ke Pemerintah Provinsi

Bupati Gowa Curhat ke Pemerintah Provinsi

TEMPO Interaktif, Gowa - Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo sempat mengadu kepada pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Baruga Karaeng Galesong hari ini.

Ichsan meminta pemerintah provinsi memperhatikan kerusakan pada jalan poros Malino. "Agar pembangunan Makassar dan sekitar dapat dipercepat, sebaiknya memberikan anggaran besar peningkatan jalan beton poros Malino," ujar dia.

Kerusakan jalan pada poros sudah memprihatinkan. Di kelurahan Bontoparang dan Lanna atau sekitar Waduk Bili-bili, masyarakat sampai menanam pohon di tengah jalan untuk memprotes buruknya jalan.

‘’Melalui musyawarah ini saya ingin curhat-curhatan, apalagi ada wakil dari Bappeda Sulsel. Berikanlanlah anggaran perbaikan jalan ke Gowa untuk poros Malino. Di sana sudah rusak berat,’’ kata adik Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo ini.

Awalnya ada kesepakatan antara pemerintah provinsi dan kabupaten, dari 11 kilometer yang akan diaspal beton, tiga kilometer diantaranya akan dibiayai APBD Gowa sedangkan sisanya pemerintah provinsi.

Tapi sayangnya, setelah jalan beton yang akan dipakai truk 10 roda sudah diselesaikan, pemerintah provinsi hanya menganggarkan setengah kilometer tiap tahun dari delapan kilometer. ‘’Kapan selesainya, kalau begini prosesnya,’’ kata dia.

SAHRUL

Bupati Gowa Kritik Pelayanan RSUD Syekh Yusuf

Bupati Gowa Kritik Pelayanan RSUD Syekh Yusuf

TEMPO Interaktif, Gowa - Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo menilai Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf, Sungguminasa, belum maksimal memberikan pelayanan terhadap pasien, utamanya bagi pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Pelayanan Kesehatan Gratis (Yankestis).

"Karena itu manajemen rumah sakit harus meningkatkan pelayanan," ujar Bupati saat mengunjungi rumah sakit tersebut hari ini.

Dengan meningkatnya jumlah pasien, pihak rumah sakit harus bekerja secara maksimal. Tidak membeda-bedakan antara pasien gratis maupun umum. Oleh karena itu, dengan banyaknya pasien rawat inap dan rawat jalan, pihak rumah sakit semakin bertanggung jawab melayani mereka.

Menanggapi itu, Direktur RSUD Syekh Yusuf, Salahuddin mengakui, pasien rawat inap yang selama ini dirawat di Syekh Yusuf melebihi kapasitas. Selain pasien diare dan demam berdarah umumnya anak-anak yang butuh perawatan yang serius, juga pasien dewasa yang akan dioperasi maupun sudah dioperasi juga harus ditangani tim dokter.

Selain itu, kamar yang seharusnya ditempati dua hingga tiga tempat tidur terpaksa ditambah menjadi empat dan lima. Hal ini dilakukan agar pasien tidak terganggu dan juga mendapatkan perawatan yang baik. Begitupula pasien diare dan demam berdarah akan dilayani dengan baik sepanjang persediaan obat cukup.

“Sejumlah pasien terpaksa dirawat di koridor baik di Gedung Parawatan IV maupun V yang didominasi pasien Yankestis,” kata Salahuddin.

SAHRUL